Kamis, 16 April 2009

Pangdam V Brawijaya Latihan Militer Prosedural


SURABAYA - Polemik berkepanjangan tentang latihan perang kota di makam Tionghoa Kupang Jaya membuat Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Suwarno turun tangan. Kemarin (15/4), orang nomor satu di jajaran TNI-AD Jawa Timur tersebut membeberkan segala hal terkait dengan latihan pertempuran jarak dekat tersebut di Aula Kodam V Brawijaya.

Kali pertama yang dibantah adalah soal Syamsul Arifin, warga setempat yang dikabarkan lehernya terluka gara-gara terkena peluru nyasar. ''Kami telah melakukan penyelidikan internal. Tidak mungkin luka tersebut akibat peluru nyasar,'' tegas jenderal TNI berbintang dua tersebut.

Dia menjelaskan, DenpomV/4 Surabaya telah meminta visum terhadap Syamsul Arifin. Hasil visum yang dilakukan dr F.X. Rahardianto itu menyebutkan bahwa luka goresan berukuran 1 cm yang telah mengering disertai kemerahan di sekitarnya itu disebabkan oleh benda tajam.

Bila luka yang terjadi pada korban akibat peluru tajam, luka itu akan tampak seperti luka koyak. Jika terkena tembakan peluru hampa, yang terlihat adalah luka bakar. ''Tidak mungkin terkena selongsong amunisi hampa yang digunakan pasukan kami,'' ujar Suwarno.

Dia juga membuat semacam ilustrasi untuk menjelaskan detail peristiwa yang terjadi saat Samsul terluka. Menurut dia, semua pasukan menghadap ke arah makam (barat). Sementara itu, Samsul berada di sisi kiri pasukan. ''Dia (Samsul, Red) berada di warung dan di sisi kiri pasukan,'' paparnya.

Suwarno kemudian meminta Kasi Ops Korem 084 Bhaskara Jaya Letkol Supriono untuk menembakkan senapan SS-1 amunisi hampa yang moncongnya diberi recoil dop (penutup laras). Setelah ditembakkan, objek tembakan berupa papan tripleks tidak menunjukkan bekas apa-apa. Selongsong juga keluar dari samping kanan. ''Mustahil bila Samsul yang ada di sisi kiri terkena lontaran selongsong,'' ucapnya.

Dia juga memastikan bahwa selongsong peluru itu tidak membahayakan. ''Selongsong peluru yang baru keluar dari senapan memang panas, tapi tidak sampai membakar,'' ungkapnya.

Dengan dasar simulasi semacam itu, Suwarno yakin luka di leher Samsul bukan disebabkan aktivitas latihan militer atau terkena peluru nyasar. Hal itu pula yang kemudian membuat Danrem 084 Bhaskara Jaya berancang-ancang melaporkan Samsul ke Polwiltabes Surabaya.

''Danrem kabarnya sudah berkoordinasi dengan polwiltabes. Tapi, saya belum berpikir sejauh itu. Kami tidak mau urusan jadi panjang,'' katanya.

Yang jadi masalah, apakah latihan militer di tengah permukiman padat seperti itu sudah melalui perencanaan matang? Suwarno menuturkan bahwa semua prosedur sebelum memulai latihan sudah dilalui dengan baik. ''Surat perizinan, pemberitahuan, sampai perencanaan sudah baik,'' tegasnya.

Kalau memang semua sudah baik, mengapa timbul gejolak? ''Itu juga yang menjadi pertanyaan kami. Mengapa sampai ada yang protes dan sepertinya ada yang memanfaatkan kesempatan untuk memojokkan kami,'' jawabnya.

Kisruh latihan perang itu juga sempat memunculkan tudingan bahwa TNI-AD dimanfaatkan pihak tertentu untuk menakuti-nakuti warga. Tujuannya, warga pindah dari lokasi tersebut, mengingat mereka membuat permukiman secara ilegal.

Saat hal tersebut ditanyakan kepada Pangdam, Danrem 084 Bhaskara Jaya Kolonel Mashuri langsung berinisiatif menjawab. ''Kami sudah lama berlatih di tempat itu. Sejak saya masih pangkat letnan dua, sekitar 1982-1983, saya juga latihan di situ. Jadi, di situ memang tempat latihan Batalyon 516 Caraka Yudha sejak lama,'' urainya. ''Tak benar kalau kami menakut-nakuti warga,'' tegasnya.

Suwarno juga menambahkan bahwa pihaknya sering melakukan latihan di pusat keramaian. ''Kami pernah menggelar latihan di Hotel JW Marriott, Hotel Shangri-La, dan Tunjungan Plaza. Jadi, latihan di pusat keramaian bukan hal asing bagi kami,'' ujarnya. Untuk itu, dia berharap kontroversi soal latihan militer pada Jumat (10/4) disudahi.

Apakah latihan militer bakal dilanjutkan lagi? Suwarno menyatakan pihaknya masih mengkaji. ''Setiap latihan militer yang telah kami lakukan selalu dievaluasi. Bila kurang efektif atau sasaran telah tercapai, kami akan mengakhiri,'' katanya.

Sebagaimana diberitakan, latihan pertempuran jarak dekat (PJD) atau perang kota yang dilakukan Batalyon 516 Caraka Yudha di Makam Putat Jaya berakhir ricuh, Jumat (10/4). Seorang warga mengklaim lehernya terluka akibat aktivitas latihan itu. Semua warga (yang mengaku menempati tanah tersebut secara ilegal, Red) juga terusik karena keberadaan para tentara membuat anak-anak takut.

Latihan tersebut dilakukan Batalyon 516 sejak sebulan lalu. Berdasar surat pemberitahuan ke polisi, diketahui bahwa batalyon itu mengadakan latihan secara maraton. Dimulai pukul 07.00 hingga pukul 17.00, kemudian dilanjutkan pukul 19.00-24.00.

Warga kemudian mengadu ke LBH, lalu diteruskan dengan protes ke panglima TNI dan sejumlah instansi lain. LBH Surabaya menyebut latihan itu melanggar HAM.

jawapos.com

[+/-] Selengkapnya...

Papua Rusuh, Tanda OPM Masih Hidup

JAKARTA - Serangkaian peristiwa yang mengundang kerusuhan di Papua sejak sepekan lalu masih menyisakan pertanyaan. Siapa sebenarnya yang ada di balik berbagai peristiwa itu?

Pengamat intelijen Wawan Purwanto menilai, kerusuhan yang muncul di Papua diyakini didalangi oleh kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka.

Meski telah ditumpas pada era pemerintahan Presiden Soeharto, organisasi yang didirikan tahun 1965 ini diperkirakan masih terus bergejolak.

"O iya, tidak jauh dari itu (OPM) karena mereka kan bersenjata. Negara berdaulat tidak akan membiarkan rakyat sipilnya memegang senjata. Itu pelanggaran berat," katanya saat berbincang dengan okezone, Kamis (16/4/2009).

Untuk menghindari kejadian-kejadian serupa, Wawan menyerukan agar aparat keamanan dalam hal ini kepolisian, harus mengambil sikap tegas untuk membersihkan sisa-sisa pemberontakan kelompok yang terus mencoba meraih simpati dunia internasioanl terhadap perjuangan mereka.

"Masih ada sisa persenjataan di tangan mereka. Perlu ada operasi khusus untuk membersihkan itu," imbuhnya.

Seperti diketahui, tanah Papua digucang berbagai peristiwa sejak sepekan terakhir. Ancaman bom, pertikaian antar kelompok, hingga penyerangan terhadap pasukan Brimob membuat situasi provinsi yang dahulu bernama Irian Jaya itu semakin mencekam. Hingga kini kepolisian masih berupaya mengejar para pelaku kerusuhan tersebut.
okezone.com




[+/-] Selengkapnya...

Money Politics Tidak Terelakkan

Senjata Ampuh Para Caleg Meraih Sukses

PONOROGO - Pemilu legislatif (pileg) dengan cara mencontreng telah dilaksanakan. Berbagai dugaan pelanggaran pun mengemuka. Indikasi maraknya money politics juga cukup terasa. Disinyalir, untuk memuluskan agar bisa duduk di dewan uang bukan satu-satunya yang disebar para calon legislatif (caleg). Bingkisan juga menjadi sarana jitu menarik konstituen agar memilih caleg tertentu. ''Money politics sebagai faktor penentu keberhasilan para caleg dalam pesta rakyat kemarin tidak bisa diabaikan,'' kata Yusuf Harsono, dekan FISIP Unmuh Ponorogo kemarin (15/4).

Menurutnya, ada tiga faktor penentu keberhasilan caleg. Pertama, ketokohan, jaringan sosial dan finansial (keuangan). Ketokohan masih dibutuhkan sebagai figur sejauh mana kapasitas dan SDM caleg di mata rakyat. ''Kalau soal jaringan sosial, para caleg khususnya incumbent, sudah terlebih dahulu punya,'' tegasnya.

Namun semua itu tidak lepas dari kucuran money politics yang sengaja dibungkus dalam berbagai bentuk. Misalnya suvenir, kas kotak amal masjid, bahkan serangan fajar bisa dirasakan kehadirannya. ''Money politics adalah bentuk pengaburan obyektivitas penilaian atas kelayakan para caleg oleh masyarakat. Masyarakat telah menunjukkan rasionalitasnya sendiri,'' paparnyanya sembari menambahkan masyarakat mau menerima uang karena sudah sangat skeptis dengan para caleg.


Semetara Koordiantor Pemantau Pemilu 2009 Lembaga Penelitian Pengembangan dan Pengabdian pada Masyarakat (LP3M) Algheins Ponorogo Muh Ikhwanudin Alfianto mengatakan permasalahan yang terus menghantui pasca-perhelatan pileg bakal menjadi bom waktu. Mengingat hampir setiap daerah, perhelatan pesta demokrasi dirundung konflik horizontal maupun vertikal. Ini terjadi bukan hanya masalah sistem administrasi. Tetapi lebih pada kinerja lembaga pelaksana dan lembaga pendukungnya. ''Seperti terjadi di kelurahan Singosaren, Plalangan dan lain-lain. Juga masih ada pemilih yang terdaftar di dua desa,'' katanya.

Menurut dia, pemungutan dan perhitungan suara memakan waktu lebih lama dibanding perhelatan pesta demokrasi tahun-tahun sebelumnya. Sehingga banyak petugas KPPS dan PPK yang mengeluhkan tugas berat yang diembannya. Apalagi belum ada sistem sederhana dan cepat yang mampu mengakomodir seluruh data. ''Bayangkan honor yang diterima tidak sebanding dengan kerja dan tanggung jawab yang besar,'' ungkapnya.

Dari beberapa faktor itu, Ikhwanudin menganggap kualitas perhelatan Pileg 2009 kali ini lebih buruk dari pemilu sebelumnya. Sebab, hingga H+6 belum ada hasil yang dapat dipertanggungjawabkan dari pileg kali ini. Tensi suhu politik tetap tinggi. Hal itu menjadi kekhawatiran masyarakat. ''Adapun kekurangan dan kelemahan di atas patut menjadi catatan untuk pelaksanaan pemilu 2014 yang lebih baik,'' pungkasnya.

jawapos.com


[+/-] Selengkapnya...

PRASBHARA-MADIUN PRODUCTION @ 2008 Design By : Maz_Didik E-mail : maz_d_pith@yahoo.co.id