Rabu, 12 November 2008

KPU Menangkan Soekarwo-Saifullah Yusuf


Hanya Selisih 0,39 Persen

SURABAYA - Pertarungan sengit pemilihan gubernur (pilgub) Jatim akhirnya dimenangkan pasangan Soekarwo-Saifullah Yusuf (Karsa). Begitulah keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jatim kemarin.

Seperti banyak diperkirakan, selisih suara antara Karsa dan pesaingnya, pasangan Khofifah Indar Parawansa-Mudjiono (Kaji), sangat tipis. Hanya 0,39 persen atau bila diangkakan sebanyak 60.233 suara, dari total pemilih yang mencoblos sebanyak 15, 39 juta orang.

KPU Jatim kemarin melakukan rekapitulasi suara yang masuk dari 38 KPU kabupaten/kota se-Jatim di Hotel Mercure Grand Mirama, Jalan Raya Darmo, Surabaya. Hasilnya, duet Karsa berhasil mengumpulkan 7.729.944 suara sah. Unggul tipis atas duet Kaji yang meraih 7.699.721 suara sah.

Hasil itu berbeda dengan quick count (penghitungan cepat) yang dilakukan beberapa lembaga survei yang sebagian besar menempatkan Kaji lebih unggul meski dengan selisih hanya sekitar 1 persen. Selisih itu masih berada dalam batas toleransi kesalahan antara 1-2 persen. Karena tipisnya selisih suara, tidak ada satu pun lembaga survei yang berani menyatakan siapa pemenang pilgub. Mereka semua sepakat menunggu hasil penghitungan yang dilakukan KPU.

"Ini adalah hasil rekapitulasi resmi dari KPU Jatim. Saya bersyukur semua berjalan normal. Semoga ini terus terjadi sampai akhir tahapan pilgub nanti," kata Ketua KPU Jatim Wahyudi Purnomo setelah penghitungan suara kemarin.

Namun, harapan KPU itu, tampaknya, sulit terwujud. Sebab, tim pemenangan Kaji hampir dipastikan bakal mengajukan gugatan. Mereka sudah memutuskan tidak menandatangani berita acara rekapitulasi penghitungan suara karena menganggap ada beberapa kejanggalan seputar pilgub Jatim.

Ketatnya perolehan suara antara Kaji dan Karsa benar-benar membuat proses rekapitulasi suara kemarin benar-benar penuh ketegangan. Tidak hanya di ruang tempat KPU menggelar sidang, tapi juga di luar lokasi.

Di lokasi tempat dilakukannya rekapitulasi, suasana tegang sudah terasa sejak di halaman hotel. Bagaimana tidak, kawasan di sekitar lokasi itu benar-benar dibuat steril. Jl Raya Darmo ditutup sejak pukul 10.00. Ratusan aparat keamanan sudah stand by di sepanjang jalan itu. Pintu masuk hotel juga dijaga ketat aparat.

Hanya para undangan, yang bisa masuk ke lokasi. Sekitar 350 undangan hadir. Mereka berasal dari jajaran Muspida Jatim, para anggota 38 KPU kabupaten/kota, para saksi dua kandidat (masing-masing lima perwakilan), serta beberapa unsur masyarakat lain yang diundang.

Suasana di Ballroom, tempat berlangsungnya acara, tak kalah tegang. Terbukti, hujan protes terjadi selama proses berlangsung. Malah, saat agenda penghitungan baru saja dimulai, para saksi tim Kaji langsung mengajukan interupsi untuk membatalkan proses rekapitulasi. "Sampai hari ini KPU tidak menanggapi laporan pelanggaran yang kami laporkan. Karena itu, sebaiknya tahapan rekapitulasi ini ditunda," kata juru bicara saksi tim Kaji M. Mirdasy.

Namun, permintaan itu ditolak KPU. Meski sempat terlibat debat beberapa saat, tim Kaji akhirnya menerima dan siap melanjutkan rekapitulasi. Setelah itu, masing-masing KPU kabupaten/kota diminta membacakan berita acara hasil pilgub di wilayah masing-masing. Setelah itu, data itu direkap oleh KPU Jatim.

Awal rekap berlangsung, suasana sedikit mencair meski tim Kaji sempat melayangkan beberapa interupsi seputar kejanggalan di beberapa wilayah. Meski demikian, suasana tidak terlalu panas.

Namun, seiring berjalannya rekapitulasi, suasana kembali tegang. Maklum, perolehan suara Kaji dan Karsa saling mengejar. Hingga KPU menyelesaikan rekapitulasi terhadap 26 kabupaten/kota (dari total 38 kabupaten/kota), duet Kaji masih mengungguli Karsa.

Tensi terus meninggi ketika KPU mulai menghitung suara yang masuk dari kabupaten-kabupaten wilayah Madura. Lagi-lagi, hujan interupsi dilakukan tim Kaji. Mereka silih berganti melayangkan protes karena menganggap ada pelanggaran di sana. Namun, semuanya akhirnya dibantah KPU kabupaten/kota bersangkutan.

Yang pertama diprotes adalah penghitungan oleh KPU Bangkalan. Tim Kaji menyebut beberapa kejanggalan. Mulai banyaknya manipulasi data hingga hasil coblosan di beberapa TPS yang hasilnya Kaji tidak mendapatkan satu pun suara. "Itu jelas aneh. Apalagi, kami banyak menemukan form C-1 yang di-tip-ex," kata Mirdasy.

Tim Kaji juga membeber beberapa kejanggalan di Sampang berupa pemberian formulir hasil pilgub yang berbeda pada tim Kaji. "Apa boleh KPU memberikan form berbeda jika form asli sudah ada?" katanya.

Tim Kaji juga membeber pelanggaran berupa proses penghitungan yang digelar di pinggir jalan raya. "Apa semua pelanggaran itu memang diperbolehkan?" tanyanya.

Jajaran anggota KPU Jatim sempat dibuat kelimpungan dengan cecaran interupsi itu. Selain meminta klarifikasi dari KPU kabupaten/kota bersangkutan, KPU terpaksa menetralkan masalah tersebut.

Mereka menegaskan bahwa agenda kemarin hanyalah rekapitulasi suara. "Jika memang ada keberatan, akan dicatat dalam berita acara," kata anggota KPU Jatim Arief Budiman.

Akhirnya rekapitulasi kembali dilanjutkan. Ketika KPU sudah menuntaskan 31 kabupaten/kota, perolehan suara Karsa menyalip Kaji. Hingga rekapitulasi selesai, Karsa akhirnya tampil sebagai peraih suara terbanyak.

Tak pelak, tim Kaji yang beranggota lima personel kecewa. Setelah rekapitulasi, mereka memutuskan tidak menerima hasil tersebut dan tidak membubuhkan tanda tangannya.

Tidak hanya itu, mereka juga langsung mengambil sikap. Mereka akan mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK). Intinya, mereka meminta proses penghitungan suara di wilayah Madura dibatalkan serta diadakan coblosan ulang di kawasan itu.

Bagaimana tanggapan KPU? Wahyudi Purnomo mempersilakan itu dilakukan. Sebab, sesuai dengan UU 12/2008, mekanisme tersebut memang diperbolehkan. "Prinsipnya, seluruh keberatan yang mereka ajukan dicatat dalam berita acara. Dan, itu akan kami bahas dalam rapat pleno," kata Wahyudi.

Sementara itu, perwakilan tim Karsa memilih menerima apa pun hasil pilgub. "Apa yang diputuskan KPU sudah sesuai dengan laporan semua tim sukses kami. Sehingga, kami tidak mempermasalahkan hal ini," ujar Martono, ketua tim pemenangan Karsa.

Untung, hawa panas itu tidak berlanjut. Sesudah acara, tim Kaji maupun Karsa terlihat akrab, seperti tidak terjadi apa-apa. "Namun, gugatan tetap akan kami ajukan. Kami tetap profesional," kata Mirdasy.

Lalu, seperti apa tahapan pilgub selanjutnya? Wahyudi Purnomo menjelaskan, sesuai dengan draf jadwal pilgub yang sudah disusun KPU Jatim, jika hingga H+3 pascarekapitulasi tidak ada masalah, KPU pada 15 November dijadwalkan menggelar rapat pleno untuk mengesahkan hasil pilgub. "Tapi jika ada, tentu akan ditunda sampai gugatan itu diputuskan MK," lanjut dosen Unair itu.

Pengamanan All-Out, Pengumuman Aman

Pengamanan pengumuman pilgub putaran kedua benar-benar ekstraketat. Polisi bertebaran di hampir seluruh sudut Kota Surabaya. Tak hanya polisi, TNI-AD bahkan ikut turun ke lapangan sambil membawa peralatan tempur.

Pengamanan polisi mulai tampak di pintu-pintu masuk Kota Surabaya. Misalnya, di Bundaran Waru yang merupakan pintu masuk dari Sidoarjo dan Mojokerto. Puluhan petugas satlantas dan samapta berjaga-jaga dengan peralatan lengkap, kendaraan dinas plus senjata.

Di tengah kota, sejak pagi, polisi memblokade Jalan Raya Darmo. Sebab, di jalan itulah, terletak Hotel Mercure Grand Mirama yang menjadi lokasi penghitungan sekaligus pengumuman pilgub putaran kedua.

Seluruh akses menuju jalan itu ditutup total. Mulai akses Jalan A.Yani atau dari Jalan Urip Sumoharjo. Termasuk gang-gang kecil menuju jalan yang merupakan jantung Kota Surabaya tersebut.

''Tujuannya agar acara berjalan lancar. Apalagi, ada konsentrasi massa di sekitar lokasi penghitungan. Sehingga, kami harus mengalihkan jalur akses menuju Jalan Diponegoro,'' kata Juru Bicara Polwiltabes Surabaya AKBP Sri Setyo Rahayu.

Tak tanggung-tanggung, polisi menurunkan 1.300 personel. Lebih dari 50 persen disiapkan di sekitar Hotel Mercure. Petugas berseragam lengkap ditambah barikade kawat berduri. Belum lagi, disiagakan tiga unit kendaraan water cannon untuk menghalau massa jika terjadi chaos.

Tak sekadar mengamankan, polisi juga melakukan razia di pintu masuk Surabaya. Misalnya, razia dilakukan di Pelabuhan Tanjung Perak. Petugas menghalau massa dari Madura dalam jumlah besar.

''Kami mengantisipasi agar tidak terjadi penumpukan massa. Maka, kami gelar razia. Termasuk mengantisipasi ada yang membawa senjata ketika masuk dari Madura ke Surabaya,'' ucap perwira yang akrab dipanggil Yayuk itu.

Tak hanya pasukan dari polwiltabes. Personel dari Polda Jatim juga ikut diturunkan. Di antaranya, pasukan satbrimob lengkap dengan peralatan senjata dan tameng.

Jalan Raya Darmo ditutup selama tujuh jam. Meski dikawal ketat, massa tetap nekat mendekat ke Hotel Mercure. Terutama massa Kaji yang berasal dari simpatisan PDIP dan PPP. Mereka berkumpul di Taman Bungkul.

Massa yang berusaha merangsek masuk sempat berhadapan badan dengan kepolisian. Juga beberapa basis massa PKB pro-Gus Dur di dekat Kantor PKB yang lokasinya tak jauh dari Hotel Mercure. Namun, situasi yang menegang itu bisa dinetralkan. Polisi berhasil membuat massa Kaji urung merangsek masuk ke areal penghitungan.

Dalam pengamanan superketat itu, juga tampak puluhan anggota TNI-AD sambil membawa peralatan tempur. Moncong senjata mengarah ke kerumunan massa. Namun, mereka membantah bahwa peralatan dan personel yang diturunkan ke lapangan itu untuk membantu pengamanan. Para anggota TNI-AD tersebut mengatakan, peran mereka di lapangan hanya untuk mengamankan kediaman sang komandan, Pangdam V/ Brawjiaya, yang juga berada di Jalan Raya Darmo.
SUMBER : JAWAPOS.COM

0 komentar:

Posting Komentar

PRASBHARA-MADIUN PRODUCTION @ 2008 Design By : Maz_Didik E-mail : maz_d_pith@yahoo.co.id