Kamis, 16 April 2009

Money Politics Tidak Terelakkan

Senjata Ampuh Para Caleg Meraih Sukses

PONOROGO - Pemilu legislatif (pileg) dengan cara mencontreng telah dilaksanakan. Berbagai dugaan pelanggaran pun mengemuka. Indikasi maraknya money politics juga cukup terasa. Disinyalir, untuk memuluskan agar bisa duduk di dewan uang bukan satu-satunya yang disebar para calon legislatif (caleg). Bingkisan juga menjadi sarana jitu menarik konstituen agar memilih caleg tertentu. ''Money politics sebagai faktor penentu keberhasilan para caleg dalam pesta rakyat kemarin tidak bisa diabaikan,'' kata Yusuf Harsono, dekan FISIP Unmuh Ponorogo kemarin (15/4).

Menurutnya, ada tiga faktor penentu keberhasilan caleg. Pertama, ketokohan, jaringan sosial dan finansial (keuangan). Ketokohan masih dibutuhkan sebagai figur sejauh mana kapasitas dan SDM caleg di mata rakyat. ''Kalau soal jaringan sosial, para caleg khususnya incumbent, sudah terlebih dahulu punya,'' tegasnya.

Namun semua itu tidak lepas dari kucuran money politics yang sengaja dibungkus dalam berbagai bentuk. Misalnya suvenir, kas kotak amal masjid, bahkan serangan fajar bisa dirasakan kehadirannya. ''Money politics adalah bentuk pengaburan obyektivitas penilaian atas kelayakan para caleg oleh masyarakat. Masyarakat telah menunjukkan rasionalitasnya sendiri,'' paparnyanya sembari menambahkan masyarakat mau menerima uang karena sudah sangat skeptis dengan para caleg.


Semetara Koordiantor Pemantau Pemilu 2009 Lembaga Penelitian Pengembangan dan Pengabdian pada Masyarakat (LP3M) Algheins Ponorogo Muh Ikhwanudin Alfianto mengatakan permasalahan yang terus menghantui pasca-perhelatan pileg bakal menjadi bom waktu. Mengingat hampir setiap daerah, perhelatan pesta demokrasi dirundung konflik horizontal maupun vertikal. Ini terjadi bukan hanya masalah sistem administrasi. Tetapi lebih pada kinerja lembaga pelaksana dan lembaga pendukungnya. ''Seperti terjadi di kelurahan Singosaren, Plalangan dan lain-lain. Juga masih ada pemilih yang terdaftar di dua desa,'' katanya.

Menurut dia, pemungutan dan perhitungan suara memakan waktu lebih lama dibanding perhelatan pesta demokrasi tahun-tahun sebelumnya. Sehingga banyak petugas KPPS dan PPK yang mengeluhkan tugas berat yang diembannya. Apalagi belum ada sistem sederhana dan cepat yang mampu mengakomodir seluruh data. ''Bayangkan honor yang diterima tidak sebanding dengan kerja dan tanggung jawab yang besar,'' ungkapnya.

Dari beberapa faktor itu, Ikhwanudin menganggap kualitas perhelatan Pileg 2009 kali ini lebih buruk dari pemilu sebelumnya. Sebab, hingga H+6 belum ada hasil yang dapat dipertanggungjawabkan dari pileg kali ini. Tensi suhu politik tetap tinggi. Hal itu menjadi kekhawatiran masyarakat. ''Adapun kekurangan dan kelemahan di atas patut menjadi catatan untuk pelaksanaan pemilu 2014 yang lebih baik,'' pungkasnya.

jawapos.com


0 komentar:

Posting Komentar

PRASBHARA-MADIUN PRODUCTION @ 2008 Design By : Maz_Didik E-mail : maz_d_pith@yahoo.co.id